Sore ini kembali
langit berbagi cintanya dengan bumi. Ya. Cinta lewat tetesan hujan. Dan langit
juga membagi indahnya sore ini dengan seulas warna-warni pelangi yang tergambar
diatara tetesan gerimis.. hoho.. ingat apa itu pelangi dan bagaimana proses terjadinya?
Yg kali ini ingin
aku bagi bukan pelangi atau hujan. Tapi, aku ingin mambahas pelangi lain.
Sejuta Pelangi-nya Mbak Oki Setiana Dewi atau sering dikenal dengan OSD. Ini buku keduanya setelah Melukis Pelangi.
Awalnya aku tertarik membaca buku ini karena yang menulisnya Mbak Oki. Jujur,
awalnya meragukan isi dari buku Melukis Pelangi itu. Aku kira dia hanya seorang
yang aji mumpung, ketika ia sukses menjadi pemain film (tau dong Mbak Oki kan
pemeran Anna Althafunnisa dalam film Ketika Cinta Bertasbih-nya kang Abik), eh
coba-coba jadi penulis dengan karya yg asal-asalan. Tapi ternyata, setelah
membaca buku Melukis Pelangi itu sukses membuat aku tergila-gila dan mencari
buku Sejuta Pelangi ini.
Well, review bukunya
mungkin nanti menyusul. Karena yang ingin aku bahas kali ini adalah sebuah cerita
yang tertulis di halaman 58 hingga 67. Cerita yang memiliki subjudul Khilaf itu
sebenarnya sebuah cerita sederhana yang bahkan berulang kali menjadi cerita
sentral dari beberapa judul film atau sinetron. Tapi, entah kenapa mbak Oki ini
mampu membuat cerita sederhana itu menjadi “ngena”
banget.
Ceritanya adalah
tentang remaja yang mengalami sebuah cobaan dengan hamil diluar nikah, putus
sekolah, lalu diceraikan begitu saja oleh sang suami. Namun dengan segenap
kekuatannya ia mampu bangkit dari ketrpurukannya. Mengejar kembali cita-citanya
yang tertunda karena kekhilafannya. Meneruskan sekolah, membangun bisnis, dan
tetap menjalankan kewajibannya sebagai anak, kakak, dan ibu.
Dari cerita ini, ada
beberapa paragraph yang aku garis bawahi.
“Betapa kasih sayang Allah tak
pernah habis. Bahkan disaat kita terlalu sering melupakan-Nya. Banyak manusia
yang memilih lebih menjauh dari Allah dalam keadaan sulit. Marah karena Allah
memberinya musibah, keterpurukan, dan kesulitan besar. Lalu mereka menjauh dan
semakin menjauh. Tetapi setelah itu, hidupnya malah semakin hancur karena tak
pernah lagi punya kekuatan untuk bangkit, tak pernah lagi bermimipi, mati
sebelum jasadnya mati, mati sebelum kehilangan nyawa, mati sebelum Izrail
datang menemuinya.
Berbeda dengan orang-orang yang
mau bangkit, mendekat kepada Rabb-Nya, berusaha memperbaiki kesalahan, menutup
masa lalu, dan menghapus kekhilapan. Ia sadar bahwa Allah menegurnya agar tidak
terpuruk selamanya, agar tak terus melakukan perbuatan dosa hingga akhir
hayatnya. Mereka kembali menata hidup, berjalan diantara kebenaran, kembali
bangkit, kembali bermimipi.
Ada sebuah riwayat yang
menyatakan bahwa ketika Allah menciptakan manusia di bumi ini, Allah sertakan
juga harapan dalam jiwanya agar manusia selalu bangkit dan tidak putus asa.
Ketika Allah ciptakan masalah, Allah selalu menciptakan solusinya. Ketika Allah
menciptakan duka, Allah juga sertakan suka. Ini sama seperti ketika Allah
menciptakan neraka, Allah juga menyiapkan surga di akhirat sana. Tak ada alas
an untuk berhenti dan kehilangan cita-cita.
… kekuatan besar memang
terletak pada mereka yang berhasil terhindar dari kesulitan, dari keterpurukan
dan kehancuran. Akan tetapi, kekuatan yang lebih besar justru terletak pada
mereka yang bisa bangkit setelah kehancuran dan keterpurukan.”
Tak ada alasan untuk
berhenti dan kehilangan cita-cita. Siapapun pasti pernah mengalami berada di
titik terndah dalam kehidupan. Dalam cerita yang berbeda tentunya dari cerita
yang diuraikan mbak Oki. Keluarga, persahabatan, ekonomi, prestasi, akademik,
atau kesehatan. Semua mengalami pasang surut. Ada saat dimana kita berada dalam
puncak gemilang, ada juga kalanya kita berada dalam posisi terndah. Tetapi,
semua itu tidak pernah lepas dari skenario indah Allah yang telah diciptakan
untuk kita.
Tinggal kita memilih
jalan mana yang akan kita ambil seperti yang telah disebutkan oleh mbak Oki
dalam bukunya. Memilih lebih menjauh dari Allah dalam keadaan sulit kemudian
malah semakin hancur karena tak pernah lagi punya kekuatan untuk bangkit?
Ataukah bangkit, mendekat kepada Rabb-Nya, berusaha memperbaiki kesalahan,
menutup masa lalu, dan menghapus kekhilapan?
Aku memilih yang
kedua yaa Allah. Memperbaiki kesalahan, menutup masa lalu, dan menghapus
kekhilafan. Masih ada harapan dan kesempatan. Semoga aku bisa lebih baik yaa
Rabb. Yaa muqanibal quluub, tsabit qalbiy
‘ala diinika wa ‘ala thaa’atika.
Semoga Allah selalu
menjaga hati dan diri kita agar senantiasa berada dalam genggaman rahmat-Nya.
Aamiin.
Slot Machines at Desert Sands Casino Resort - Las Vegas, NV
BalasHapusIf you like 메리트 카지노 the casino action, you've got the best at desert sands 샌즈카지노 casino resort in Las Vegas, NV. The Desert Sands Hotel & Casino is where 카지노사이트 you'll find the