Alhamdulillah,
setelah beberapa lama “melupakan” blog ini akhirnya diberi kesempatan untuk
membuka dan memposting sesuatu lagi kali ini. Sebenarnya sih ‘dipaksa’
melupakan oleh pacar-pacar saya yang sangat posesif. Yaaa mereka itu sejenis
RPP, Program Semester, raport, UAS, UKK, dan kawan-kawannya. Those are the teachers real soulmate. Setelah
bisa sedikit melepaskan diri dari pelukan mereka, dan bertepatan pula dengan
adanya sedikit hal yang ingin dicurhatkan, akhirnya diputuskanlah menulis
catatan ini.
Syawal itu
artinya bulan pertama setelah bulan Ramdhan berakhir. Kadang dikenal juga
dengan bulan Kemenangan. Karena pada tanggal 1 Syawal, umat Islam yang telah
menyelesaikan bulan Ramdhan merayakan hari Raya Idul Fitri yang dikenal dengan
hari kemenangan. Bulan ini juga menjadi sangat istimewa karena pada hari Raya
Idul fitri ini merupakan momen untuk bersilaturahmi dan saling bermaaf-maafan. Btw, mohon maaf lahir batin yaaaa buat
semuanyaaaa... J
Karena itu,
bulan Syawal ini dijadikan momen untuk berkumpul dengan sanak saudara yang
mungkin jarang sekali berkumpul di hari-hari biasa. Tentunya kita bisa bertemu
dengan banyak saudara yang tinggal berjauhan dari kampung halaman. Banyak
cerita yang bisa kita dapat.
Tak jarang
karena saking lamanya tidak bertemu dengan kakek, nenek, paman, ua, atau
saudara yang lain, seringkali kita mendapat banyak pertanyaan. Ibaratnya, “Sudah kelas berapa sekarang sekolahnya?”,
“Sudah tingkat berapa kuliahnya?”, “kapan wisuda?’, “kerja dimana?”, dan
lain sebagainya. Daaaann yang paling bete sih kalo udah ditanya “Kapan nikah?”.
*curcol*
Ngomongin nikah
nih, ternyata di bulan Syawal ini juga banyak sekali undangan pernikahan yang
bertebaran. Barakallah buat temen-temen yang akan atau sudah melangsungkan
pernikahan di bulan Syawal kali ini. Semoga Allah merahmati pernikahannya,
menjadikan keluarga Sakinah, Mawaddah, warohmah dan menjadi cikal bakal
munculnya generasi Rabbani yang akan mengibarkan panji Islam dengan
kejayaannya. Aamiin..
Dengan
bertebarannya undangan-undangan ini tentunya bukan masalah yang besar, bahkan
mungkin untuk para pengusaha percetakan undangan atau jasa fotografer
prewedding ini menjadi suatu keberkahan. Tetapi tidak untuk kami ups saya
khususnya yang merupakan orang yang sedikit tertinggal urusan jodoh agak jadi
masalah siy. Hihihihi. Bagaimana tidak, saat yang diterima undangan dari si Anu
ehh yang ditanya kapan nikahnya malah saya. Lha bingung kan mesti jawab apa? Mbok
yaaa yang udah jelas aja gitu ditanyainnya. Kapan akad nikahnya si Anu yang
undangannya udah ditangan. Bukan saya yang nyetak undangan aja belum. Hahahha..
*sensi euy*
Mungkin diluar sana banyak juga teman-teman yang
bernasib sama dengan saya. Kalo saya sih hanya bisa jawab, doakan saja semoga
secepatnya. As we know, jodoh itu kan
gak ada yang tau kapan munculnya, kapan datangnya. Ibaratnya hujan, saat langit
mendung, tidak selamanya hujan itu akan turun. Bisa saja saat panas terik
tiba-tiba hujan turun. Begitu pula jodoh. Ada yang udah berpacaran sekian
tahun, tapi mereka tidak kunjung menikah. Malah akhirnya, mereka menikah bukan
dengan pacar yang mereka pacari sekian tahun. Atau malah ada juga yang kenal cuma
2 minggu, ehh langsung nikah. Who knows?
Dan hidup itu
bukan seperti balap mobil. Yang setiap putarannya seperti pendidikan, jodoh, harta,
jabatan, keluarga harus diselesaikan dengan saling mendahului maka apabila kita
finish duluan, itu artinya kita
menang. Hidup tidak sedangkal itu. Tapi hidup itu seperti menanam jagung. Bisa
saja kita menanam semuanya bersamaan, dengan bibit dan tanah yang sama. Tapi,
tidak semua jagung itu bisa tumbuh sama-sama. Ada yang tumbuh pesat, ada juga
yang pertumbuhannya terhambat. Mereka yang tumbuh bersamaan juga belum tentu
kualitas jagungnya sama. Mungkin ada yang tumbuh dengan biji yang jarang-jarang
alias ompong, atau mungkin ada yang tumbuh dengan biji yang rapi. Apakah mereka
sendiri yang memutuskan hidup mereka seperti itu? Tidak kan?
Begitu pula
hidup kita. Ada yang tumbuh cepat, karirnya, pendidikannya, jodohnya, hartanya,
dan kebahagiaannya. Tapi tidak semua kan? Ada yang justru sebaliknya. Tapi
apakah kita jadi kalah dihadapan Allah? Tidak. Karena yang kalah dihadapan
Allah adalah mereka yang tidak beriman dan tidak bertakwa. Bukan mereka yang
nikah belakangan dibanding teman atau saudaranya. Lalu, apakah mereka yang
hanya menjadi seorang petani jamur kalah dengan mereka yang bekerja di sebuah
pertambangan dengan gaji sekian puluh juta? Tidak. Bisa saja mereka menang,
apabila dengan menjadi petani jamur justru membuat ia menjadi seorang manusia
yang lebih bermanfaat bagi orang lain, karena sebaik-baik manusia adalah manusia
yang bermanfaat.
Maka, bagi saya
walaupun teman-teman saya sudah banyak yang meninggalkan masa lajangnya, bukan
berarti saya kalah bahagia dari mereka. Mungkin, saya memang kurang beruntung
untuk lebih cepat menikah dibandingkan teman-teman saya, tapi saya harap
kekurangberuntungan saya ini bisa saya manfaatkan untuk memperbaiki kualitas
hidup saya untuk lebih baik agar mendapatkan jodoh terbaik. Dan jodoh terbaik
itu bukan berarti harus seseorang yang bekerja di pertambangan atau seorang
dokter. Sekalipun dia Cuma guru, tapi jika dia shaleh dan bisa membuat saya
bahagia dunia akhirat, why not?
Ketika teman-teman saya memiliki karir yang lebih baik daripada saya, bukan
berarti saya juga kalah dari mereka. Bisa jadi Allah memberikan lebih banyak
kesempatan bagi saya untuk terus belajar, dan terus belajar agar kesuksesan itu
kelak bisa saya raih.
Jadi,
berhentilah melihat segala sesuatu dari cangkangnya. Seorang perempuan yang di
usia ke 28 atau mungkin 30 belum menikah, bukan berarti ia kalah, tidak akan
menikah. Tapi, Allah mungkin belum mempertemukan ia dengan jodohnya.
Percayalah, setiap manusia pasti ingin menikah, bahagia dengan pasangannya,
sekalipun cuma di hati kecilnya. Don’t judge
a book by its cover, dude!
Sekali lagi,
manusia yang menang adalah sebaik-baiknya manusia, yang bisa bermanfaat untuk
sesama dan lingkungannya. Bersyukurlah atas segala sesuatu yang sudah dimiliki
dan berusahalah dengan apa yang ingin kita miliki. Bahagialah karena selalu
banyak bersyukur.
Diantara hujan
Senja, 8-8-14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar