Sabtu, 09 Agustus 2014 0 komentar

Catatan di Bulan Syawal

Alhamdulillah, setelah beberapa lama “melupakan” blog ini akhirnya diberi kesempatan untuk membuka dan memposting sesuatu lagi kali ini. Sebenarnya sih ‘dipaksa’ melupakan oleh pacar-pacar saya yang sangat posesif. Yaaa mereka itu sejenis RPP, Program Semester, raport, UAS, UKK, dan kawan-kawannya. Those are the teachers real soulmate. Setelah bisa sedikit melepaskan diri dari pelukan mereka, dan bertepatan pula dengan adanya sedikit hal yang ingin dicurhatkan, akhirnya diputuskanlah menulis catatan ini.
Syawal itu artinya bulan pertama setelah bulan Ramdhan berakhir. Kadang dikenal juga dengan bulan Kemenangan. Karena pada tanggal 1 Syawal, umat Islam yang telah menyelesaikan bulan Ramdhan merayakan hari Raya Idul Fitri yang dikenal dengan hari kemenangan. Bulan ini juga menjadi sangat istimewa karena pada hari Raya Idul fitri ini merupakan momen untuk bersilaturahmi dan saling bermaaf-maafan. Btw, mohon maaf lahir batin yaaaa buat semuanyaaaa... J
Karena itu, bulan Syawal ini dijadikan momen untuk berkumpul dengan sanak saudara yang mungkin jarang sekali berkumpul di hari-hari biasa. Tentunya kita bisa bertemu dengan banyak saudara yang tinggal berjauhan dari kampung halaman. Banyak cerita yang bisa kita dapat.
Tak jarang karena saking lamanya tidak bertemu dengan kakek, nenek, paman, ua, atau saudara yang lain, seringkali kita mendapat banyak pertanyaan. Ibaratnya, “Sudah kelas berapa sekarang sekolahnya?”, “Sudah tingkat berapa kuliahnya?”, “kapan wisuda?’, “kerja dimana?”, dan lain sebagainya. Daaaann yang paling bete sih kalo udah ditanya “Kapan nikah?”. *curcol*
Ngomongin nikah nih, ternyata di bulan Syawal ini juga banyak sekali undangan pernikahan yang bertebaran. Barakallah buat temen-temen yang akan atau sudah melangsungkan pernikahan di bulan Syawal kali ini. Semoga Allah merahmati pernikahannya, menjadikan keluarga Sakinah, Mawaddah, warohmah dan menjadi cikal bakal munculnya generasi Rabbani yang akan mengibarkan panji Islam dengan kejayaannya. Aamiin..
Dengan bertebarannya undangan-undangan ini tentunya bukan masalah yang besar, bahkan mungkin untuk para pengusaha percetakan undangan atau jasa fotografer prewedding ini menjadi suatu keberkahan. Tetapi tidak untuk kami ups saya khususnya yang merupakan orang yang sedikit tertinggal urusan jodoh agak jadi masalah siy. Hihihihi. Bagaimana tidak, saat yang diterima undangan dari si Anu ehh yang ditanya kapan nikahnya malah saya. Lha bingung kan mesti jawab apa? Mbok yaaa yang udah jelas aja gitu ditanyainnya. Kapan akad nikahnya si Anu yang undangannya udah ditangan. Bukan saya yang nyetak undangan aja belum. Hahahha.. *sensi euy*
Mungkin  diluar sana banyak juga teman-teman yang bernasib sama dengan saya. Kalo saya sih hanya bisa jawab, doakan saja semoga secepatnya. As we know, jodoh itu kan gak ada yang tau kapan munculnya, kapan datangnya. Ibaratnya hujan, saat langit mendung, tidak selamanya hujan itu akan turun. Bisa saja saat panas terik tiba-tiba hujan turun. Begitu pula jodoh. Ada yang udah berpacaran sekian tahun, tapi mereka tidak kunjung menikah. Malah akhirnya, mereka menikah bukan dengan pacar yang mereka pacari sekian tahun. Atau malah ada juga yang kenal cuma 2 minggu, ehh langsung nikah. Who knows?
Dan hidup itu bukan seperti balap mobil. Yang setiap putarannya seperti pendidikan, jodoh, harta, jabatan, keluarga harus diselesaikan dengan saling mendahului maka apabila kita finish duluan, itu artinya kita menang. Hidup tidak sedangkal itu. Tapi hidup itu seperti menanam jagung. Bisa saja kita menanam semuanya bersamaan, dengan bibit dan tanah yang sama. Tapi, tidak semua jagung itu bisa tumbuh sama-sama. Ada yang tumbuh pesat, ada juga yang pertumbuhannya terhambat. Mereka yang tumbuh bersamaan juga belum tentu kualitas jagungnya sama. Mungkin ada yang tumbuh dengan biji yang jarang-jarang alias ompong, atau mungkin ada yang tumbuh dengan biji yang rapi. Apakah mereka sendiri yang memutuskan hidup mereka seperti itu? Tidak kan?
Begitu pula hidup kita. Ada yang tumbuh cepat, karirnya, pendidikannya, jodohnya, hartanya, dan kebahagiaannya. Tapi tidak semua kan? Ada yang justru sebaliknya. Tapi apakah kita jadi kalah dihadapan Allah? Tidak. Karena yang kalah dihadapan Allah adalah mereka yang tidak beriman dan tidak bertakwa. Bukan mereka yang nikah belakangan dibanding teman atau saudaranya. Lalu, apakah mereka yang hanya menjadi seorang petani jamur kalah dengan mereka yang bekerja di sebuah pertambangan dengan gaji sekian puluh juta? Tidak. Bisa saja mereka menang, apabila dengan menjadi petani jamur justru membuat ia menjadi seorang manusia yang lebih bermanfaat bagi orang lain, karena sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat.
Maka, bagi saya walaupun teman-teman saya sudah banyak yang meninggalkan masa lajangnya, bukan berarti saya kalah bahagia dari mereka. Mungkin, saya memang kurang beruntung untuk lebih cepat menikah dibandingkan teman-teman saya, tapi saya harap kekurangberuntungan saya ini bisa saya manfaatkan untuk memperbaiki kualitas hidup saya untuk lebih baik agar mendapatkan jodoh terbaik. Dan jodoh terbaik itu bukan berarti harus seseorang yang bekerja di pertambangan atau seorang dokter. Sekalipun dia Cuma guru, tapi jika dia shaleh dan bisa membuat saya bahagia dunia akhirat, why not? Ketika teman-teman saya memiliki karir yang lebih baik daripada saya, bukan berarti saya juga kalah dari mereka. Bisa jadi Allah memberikan lebih banyak kesempatan bagi saya untuk terus belajar, dan terus belajar agar kesuksesan itu kelak bisa saya raih.
Jadi, berhentilah melihat segala sesuatu dari cangkangnya. Seorang perempuan yang di usia ke 28 atau mungkin 30 belum menikah, bukan berarti ia kalah, tidak akan menikah. Tapi, Allah mungkin belum mempertemukan ia dengan jodohnya. Percayalah, setiap manusia pasti ingin menikah, bahagia dengan pasangannya, sekalipun cuma di hati kecilnya. Don’t judge a book by its cover, dude!
Sekali lagi, manusia yang menang adalah sebaik-baiknya manusia, yang bisa bermanfaat untuk sesama dan lingkungannya. Bersyukurlah atas segala sesuatu yang sudah dimiliki dan berusahalah dengan apa yang ingin kita miliki. Bahagialah karena selalu banyak bersyukur.

Diantara hujan
Senja, 8-8-14
 
;