Senin, 29 April 2013 2 komentar

Catatan -Masih- Seputar Pernikahan

Setelah postingan sebelumnya ada menyangkut pernikahannya, sekarang juga akan sedikit posting mengenai pernikahan... 
Sejak memasuki usia kepala 2, kata "Pernikahan" memiliki daya tarik tersendiri bagi saya... Entah karena saya memang terobsesi menikah muda, atau mungkin memang hal ini merupakan hal yang wajar terjadi pada setiap perempuan yang memasuki usia seperti saya ini... Entahlahh.. Namun bagi saya, pernikahan merupakan sesuatu yang sangat menarik untuk dipelajari, untuk diamati, bahkan sangat sangat menarik untuk dialami *curcol*.. Apalagi setelah dalam dalam beberapa minggu terakhir ini dikomporin dengan bergugurannya undangan-undangan pernikahan dari kerabat, sahabat, hingga tetangga dekat.. Yaa.. Untuk saat ini hanya bisa mengamati dan mempelajari apa-apa yang terjadi saat momen sakral tersebut terjadi...
Dari beberapa pernikahan yang sempat diamati, saya dapat merekam beberapa momen dalam pernikahan yang menurut saya sungguh luar biasa.
1. Momen Siraman
    Dalam pernikahan dengan adat Sunda yang sering saya amati, saya sangat suka dengan suasana saat siraman.. Apalagi saat momen itu diiringi oleh kecapi suling yang dapat membuat bulu kuduk berdiri.. Momen siraman ini umumnya dialami oleh calon pengantin perempuan sehari sebelum prosesi akad nikah.. Momen siraman yang meninggalkan kesan tersendiri bagi saya adalah momen siraman saat teteh kedua saya mengalaminya.. Mungkin karena terbawa suasana juga yah, jadi berasa dapet bangeet suasananya.. Dalam momen siraman teteh saya itu, ada beberapa adat yang harus dilewati. Yang pertama, teteh sungkem dulu sama bapa dan mamah, juga para Ua, mamang, dan bibi yang mau menyiram teteh *karena namanya siraman, yah jadi disiram yah? bukan dimandikan*..  Semuanya itu diiringi sama musik kecapi suling yang sungguh bikin merinding..Apalagi suasana haru saat melihat mamah, bapa, ua, mamang, bibi menangis terharu   menerima permintaan maaf dan permohonan doa restu dari teteh.. Ahh.. Jadi ikutan nangis *ambil tisu*.. Setelah itu teteh disuapi minum, kemudian ditemani mamah dan bapa menuju kursi penyiraman..Lalu, satu persatu para tetua mulai menyiram teteh.. Saya sempat disuruh ikut menyiram teteh, tapi juru riasnya bilang "teu kenging anu teu acan nikah mah".. Woooo.. Apa-apaan ini? DISKRIMINASI!! Hahaha.. Setelah disirami, teteh kemudian digendong sama bapa, istilah Sundanya mah diais.. Haha.. Betapa lucunya melihat teteh yang kedinginan, digendong sama bapa.. Oh iya.. Untuk menuju tempat siraman itu disediakan kain sampig 7 motif yang digelarkan untuk dilewati oleh sang calon pengantin.. Udah gitu mah udah wehh.. Calon pengantinnya ganti baju *biar gak masuk angin*.. hihihi.. 
Ternyata, setelah beberapa saat lalu blogwalking, saya menemukan bahwa prosesi siraman itu ada beberapa tahapannya  dari blog http://bidakaraweddingexpo.com/347/prosesi-adat-sunda-siraman-ngebakan/.. Katanya momen saat teteh sungkem ke mamah dan bapa itu dinamakan ngaras. Artinya ngaji rasa rumasa.. Yang mana calon pengantin meminta maaf dan memohon restu dari kedua orang tua.. Dibarengi dengan adat mencuci kaki kedua orang tua dengan maksud menunjukkan bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya.
Kemudian kain samping 7 motif/ 7 lembar yang dilewati pengantin maksudnya agar dalam hari-hari selanjutnya yang akan dilalui pengantin selalu diberikan kesabaran, kesehatan, ketawakalan, ketabahan, keteguhan iman yang kuat dan senantiasa menjalankan agama.
Ahhh.. Sarat akan makna bukan?? 
Selain itu, bagi saya momen ini benar-benar momen antara anak perempuan dan orang tuanya yang terbaik.. Jujur, saya sempat merasa sangat cemburu saat bapa menggendong teteh setelah siraman dulu.. Seperti anak kecil yang berebut gendongan rasanya.. hihihi.. Tapi, sungguh saya dapat merasakan betapa sayangnya bapa dan mamah sama teteh.. Sayangnya orang tua yang akan melepas anak perempuan mereka yang selama sekian tahun dirawat dan dijaga dengan sepenuh hati untuk dijaga oleh suaminya.. Momen terakhir seorang anak perempuan dimanjakan dan memanjakan diri dengan orang tuanya.. Karena kelak setelah menikah, suami menjadi proiritas utama baginya..
2. Momen Tibanya Calon Pengantin Laki-laki ke Rumah Calon Pengantin Perempuan
    Kalo di Betawi ada adat palang pintu dimana akan ada acara baas pantun dan pertarungan antar jawara, maka momen yang membekas dalam ingatan saya adalah momen dalam pernikahan yang pernah saya saksikan *entah pernikahan siapa.. Lupa sungguuuuhh* yang saat calon pengantin datang itu disambut dengan lantunan Shalawat Badar yang lagi-lagi membuat merinding menyaksikannnya.. Karena saat itu, sang calon pengantin perempuan yang tadinya gelisah menunggu calon suaminya menjadi semakin berdebar saat mendengar lantunan shalawat Badar yang dinyanyikan pertanda calon suaminya sudah tiba dan akan segera membacakan Ijb Kabul.. Makanya hingga sekarang tiap mendengar lantunan shalawat Badar apalagi dalam momen pernikaha selalu saja jadi deg-degan.. Apalagi saat ingat bahwa shalawat Badar itu adalah shalawat yang dilantunkan para Shahabat saat menyambut kedatangan Rasulullah yang hijrah ke Madinah.. Dapet bangeeettt khidmatnya.. :)
3. Momen Ijab Kabul
    Dalam setiap pernikahan, acara utamanya yah ijab kabul.. Entah mengapa saya selalu penasaran saat momen ini terjadi.. Ikutan deg-degan rasanya tiap calon pengantin pria mulai proses ijab kabul.. hihihi.. suka aneh-aneh aja kalo mendengarkan cerita para pengantin pria selepas ijab kabul.. :)

Yaa itulah momen-momen pernikahan yang membuat saya semakin tertarik dengan pernikahan, semakin senang mengamati dan mengikuti proses2 adat dalam pernikahan.. Walaupun mungkin dalam waktu dekat ini belum berjodoh untuk mengalami momen-momen tersebut.. Tapi, suatu saat nanti PASTI akan mengalami.. Pada waktunya dan dengan jodohnya tentu saja.. Harapannya, saat siapapun melaksanakan adat-adat maupun rukun-rukun dalam prosesi pernikahan tidak hanya sekedar mengikuti aturan main saja.. Tetapi dapat menghayati makna-makna yang terkandung dalam aturan main tersebut.. Mungkin itu salah satu cara agar dapat mencapai label keluarga yang sakinah, penuh mawaddah dan rahmah.. Aamiinnnnn... ^___^
0 komentar

Catatan Mengecat Rumah

Waaahhh.. Sudah lama sekali tidak menulis disini.. *ambil sapu, kemoceng, dan lap pel* *buang-buang sarang laba-laba*.. hihihi.. Beberapa kesibukan, juga faktor M alias Males memang jadi penghalang yang sangat besar untuk bisa mengetikkan e-mail plus password blog ini... fiuuuhhhh...
By the way, selama kurang lebih .... errrr..... *satu dua tiga -ngitung jari-* ada mungkin yang 5 bulan lamanya menelantarkan blog ini *pukpuk blog* banyak hal yang dialami.. Baik yang sedih, senang, positif dan negatif.. Jadi bingung mau cerita apa dulu.. 
Selama 5 bulan ini, banyak kegiatan yang cukup "berat" untuk dilewati. Mulai dari PLP, proposal Skripsi, penelitian skripsi, bahkan sempat mengalami momen tersulit bersama sahabat.. hemmmhh.. mungkin di lain postingan saja bahas itu mah.. Sekarang sedang sangat mut bercerita tentang nikah.. hehehe.. 
Bukan karena akan segera menikah lho posting ini.. Cuma, karena beberapa minggu ke belakang ini sedikit banyak mengalami peristiwa yang ada kaitannya dengan pernikahan..
Dimulai dengan ide mamah buat sedikit make up-in rumah yang mulai sedikit kelihatan keriputnya alias ngecet dan sedikit perbaikan rumah. Apa hubungannya yah dengan pernikahan?
Awalnya saya juga sedikit aneh, ko bisa-bisanya ngecet rumah dikait-kaitkan dengan pernikahan? Tapi, itulah yang namanya adat kebiasaan. :)
Di lingkungan saya *yang kental dengan adat Sunda*, biasanya orang melakukan pengecetan rumah itu di momen-momen tertentu. Seperti saat menjelang hari-hari besar seperti Idul Fitri atau lebaran, Agustusan, dan hari pernikahan salah satu anggota keluarga di rumah tersebut. Hehehe.. Cukup unik bukan? 
Maka, pada saat mamah dan baapa mulai memanggil tukang untuk merenovasi rumah, beberapa tetangga sempat nyeletuk "Bade hajatan nya pa?" atau "Wahh.. Bade hajatan si bungsu nya?" dan kalimat-kalimat lain yang kurang lebih isinya sama yaitu ngejampein mamah dan bapa buat ngadain hajatan pernikahan anak bungsunya *tunjuk diri sendiri*.. Hahaha.. 
Sebenarnya, saya cukup 'aneh' dengan asumsi-asumsi yang berlaku disini. Tapi, lama kelamaan setelah merenung dan berdiskusi dengan laki-laki paling tampan dan paling pintar di rumah *tunjuk bapa*, akhirnya saya sampai pada satu kesimpulan, mungkin bapa emanng mau menikahkan saya dalam waktu dekat ini.... Hahaha.. Bukaaannn.. Tapi, kesimpulan saya mungkin mengecat rumah dan merenovasi rumah itu memiliki makna filosofis yang dekat dengan Idul Fitri, Agustusan, dan Pernikahan..
Kalau kita pikirkan, mengecat rumah dan merenovasi rumah itu kan berarti memberikan penampilan baru terhadap rumah kita.. Mulai dari warnanya, kebersihannya, bahkan untuk yang lebih besarnya dengan pembaruan furniture juga.. 
Dan coba dibandingkan dengan momen Idul Fitri. Jelas kan Idul Fitri itu sering diartikan dengan Kembali Fitri, kembali menjadi pribadi yang suci setelah melewati proses shaum dan maaf-maafan saat Hari Raya. Sehingga kita menjadi pribadi yang baru.. Adakah kesamaan??
Kemudian dengan momen Agustusan.. Kalo momen ini hanya orang Indonesia yang punya.. Yapp.. Agustusan itu adalah peringatan hari kemerddekan Indonesia yang jatuh pada bulan Agustus, jadi saya seirng menyebutnya agustusan.. Sebagai orang Indonesia pasti tahu dong kalo untuk mencapai kemerdekaannya, Indonesia harus melewati berbagai proses yang cukup berat? Perjuangan yang begitu luaaaarrr biasaaaa cetarrrr membahanaaa.. *hiperbol* Sehingga, momen Agustusan itu menjadi sesuatu hal yang layak kita lakukan untuk mengenang dan mensyukuri apa yang kita rasakan sekarang sebagai hasil dari pengeorbanan dan perjuangan para pahlawan.. Tanggal 17 Agustus 1945, yang hingga kini kita kenang sebagai hari kemerdekaan itu merupakan sebuah awal yang baru bagi bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang merdeka, bebas dari penjajahan, dan bangsa yang berhak mendapatkan penghidupan yang lebih baik.. So, adakah kesamaan???
Dan yang terakhir adalah pernikahan.. Well, yang sering mendapatkan undangan dari rekan atau sodaranya kemudian memeberikan kado pasti sering menuliskan kalimat "Selamat Menempuh Hidup Baru".. Jelas berarti yang kesamaannya dengan momen-momen sebelumya?
Jadi, kesimpulannya adalah *tereteeteteeeeetttt* kenapa momen mengecat rumah selalu identik dengan hari raya Idul Fitri, Agustusan, dan Pernikahan adalah karena mengecat rumah itu dapat melambangkan juga akan menghadapi suatu hal yang baru dan memberikan perubahan untuk yang melakukannya, perubahan yang baik tentunya sama halnya dengan Idul Fitri, Agustusan, dan Pernikahan...
Well, ini hanya merupakan sebuah gagasan yang muncul di sela-sela kerasnya himpitan pemikiran tentang pacar 6 bulan saya *read Skripsi*.... Akhirnya, semoga saja tidak hanya dengan mengecat rumah atau melalui momen2 tertentu kita bisa dan mau untuk berubah menjadi lebih baik.. Setiap hari, saat matahari terbit dari timur kita sebaiknya selalu mengusahakan perubahan menjadi lebih baik tersebut..
"Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka dia adalah orang yang beruntung".. :) 
 
;