Senin, 10 Desember 2012 1 komentar

Tak ada alasan untuk berhenti dan kehilangan cita-cita

Sore ini kembali langit berbagi cintanya dengan bumi. Ya. Cinta lewat tetesan hujan. Dan langit juga membagi indahnya sore ini dengan seulas warna-warni pelangi yang tergambar diatara tetesan gerimis.. hoho.. ingat apa itu pelangi dan bagaimana proses terjadinya?
Yg kali ini ingin aku bagi bukan pelangi atau hujan. Tapi, aku ingin mambahas pelangi lain. Sejuta Pelangi-nya Mbak Oki Setiana Dewi atau sering dikenal dengan OSD.  Ini buku keduanya setelah Melukis Pelangi. Awalnya aku tertarik membaca buku ini karena yang menulisnya Mbak Oki. Jujur, awalnya meragukan isi dari buku Melukis Pelangi itu. Aku kira dia hanya seorang yang aji mumpung, ketika ia sukses menjadi pemain film (tau dong Mbak Oki kan pemeran Anna Althafunnisa dalam film Ketika Cinta Bertasbih-nya kang Abik), eh coba-coba jadi penulis dengan karya yg asal-asalan. Tapi ternyata, setelah membaca buku Melukis Pelangi itu sukses membuat aku tergila-gila dan mencari buku Sejuta Pelangi ini.
Well, review bukunya mungkin nanti menyusul. Karena yang ingin aku bahas kali ini adalah sebuah cerita yang tertulis di halaman 58 hingga 67. Cerita yang memiliki subjudul Khilaf itu sebenarnya sebuah cerita sederhana yang bahkan berulang kali menjadi cerita sentral dari beberapa judul film atau sinetron. Tapi, entah kenapa mbak Oki ini mampu membuat cerita sederhana itu menjadi “ngena” banget.
Ceritanya adalah tentang remaja yang mengalami sebuah cobaan dengan hamil diluar nikah, putus sekolah, lalu diceraikan begitu saja oleh sang suami. Namun dengan segenap kekuatannya ia mampu bangkit dari ketrpurukannya. Mengejar kembali cita-citanya yang tertunda karena kekhilafannya. Meneruskan sekolah, membangun bisnis, dan tetap menjalankan kewajibannya sebagai anak, kakak, dan ibu.
Dari cerita ini, ada beberapa paragraph yang aku garis bawahi.
“Betapa kasih sayang Allah tak pernah habis. Bahkan disaat kita terlalu sering melupakan-Nya. Banyak manusia yang memilih lebih menjauh dari Allah dalam keadaan sulit. Marah karena Allah memberinya musibah, keterpurukan, dan kesulitan besar. Lalu mereka menjauh dan semakin menjauh. Tetapi setelah itu, hidupnya malah semakin hancur karena tak pernah lagi punya kekuatan untuk bangkit, tak pernah lagi bermimipi, mati sebelum jasadnya mati, mati sebelum kehilangan nyawa, mati sebelum Izrail datang menemuinya.
Berbeda dengan orang-orang yang mau bangkit, mendekat kepada Rabb-Nya, berusaha memperbaiki kesalahan, menutup masa lalu, dan menghapus kekhilapan. Ia sadar bahwa Allah menegurnya agar tidak terpuruk selamanya, agar tak terus melakukan perbuatan dosa hingga akhir hayatnya. Mereka kembali menata hidup, berjalan diantara kebenaran, kembali bangkit, kembali bermimipi.
Ada sebuah riwayat yang menyatakan bahwa ketika Allah menciptakan manusia di bumi ini, Allah sertakan juga harapan dalam jiwanya agar manusia selalu bangkit dan tidak putus asa. Ketika Allah ciptakan masalah, Allah selalu menciptakan solusinya. Ketika Allah menciptakan duka, Allah juga sertakan suka. Ini sama seperti ketika Allah menciptakan neraka, Allah juga menyiapkan surga di akhirat sana. Tak ada alas an untuk berhenti dan kehilangan cita-cita.
… kekuatan besar memang terletak pada mereka yang berhasil terhindar dari kesulitan, dari keterpurukan dan kehancuran. Akan tetapi, kekuatan yang lebih besar justru terletak pada mereka yang bisa bangkit setelah kehancuran dan keterpurukan.”

Tak ada alasan untuk berhenti dan kehilangan cita-cita. Siapapun pasti pernah mengalami berada di titik terndah dalam kehidupan. Dalam cerita yang berbeda tentunya dari cerita yang diuraikan mbak Oki. Keluarga, persahabatan, ekonomi, prestasi, akademik, atau kesehatan. Semua mengalami pasang surut. Ada saat dimana kita berada dalam puncak gemilang, ada juga kalanya kita berada dalam posisi terndah. Tetapi, semua itu tidak pernah lepas dari skenario indah Allah yang telah diciptakan untuk kita.
Tinggal kita memilih jalan mana yang akan kita ambil seperti yang telah disebutkan oleh mbak Oki dalam bukunya. Memilih lebih menjauh dari Allah dalam keadaan sulit kemudian malah semakin hancur karena tak pernah lagi punya kekuatan untuk bangkit? Ataukah bangkit, mendekat kepada Rabb-Nya, berusaha memperbaiki kesalahan, menutup masa lalu, dan menghapus kekhilapan?
Aku memilih yang kedua yaa Allah. Memperbaiki kesalahan, menutup masa lalu, dan menghapus kekhilafan. Masih ada harapan dan kesempatan. Semoga aku bisa lebih baik yaa Rabb. Yaa muqanibal quluub, tsabit qalbiy ‘ala diinika wa ‘ala thaa’atika.
Semoga Allah selalu menjaga hati dan diri kita agar senantiasa berada dalam genggaman rahmat-Nya. Aamiin.
Kamis, 01 Maret 2012 0 komentar

Oh!-Girl’s Generation

Jeone aldeon naega anya brand new sound
Saerowojin nawa hamkke one more round
dance dance dance ‘Till we run this town.
Oppa-oppa I’ll be I’ll be down down down
It’s not the me you knew before, brand new sound
Together with this new me, one more round
Dance, dance, dance, you’ll be wrong this time
Oppa oppa, I’ll be, I’ll be down, down, down, down

(oh)oppa najombwa nareul jom barabwa
cheoeumiya ireon nae maltu hah)
meorido hago hwajangdo haetneunde
(wae neoman neoman moreuni)
Oppa look at me, please gaze at me a bit
For me this style of talking is a first, ha
I did my hair, and I put on makeup too
But why are you, you, the only one who doesn’t know

dugeundugeun gaseumi tteollyeowayo
Jakkujakku sangsangman haneungeoryo
eotteoke hana kotdaenopdeon naega
malhagosipeo
Thump thump my heart is starting to tremble
Over and over it won’t stop imagining
What should I do? With my head held high
I want to say this to you

Oh Oh Oh oppareul saranghae
Ah Ah Ah a mani manihae
sujubeuni jebal utjimayo
jinsimini nollijido marayo
tto babogateun malppunya –
Oh, oh, oh, oh, ppa I love you
Ah, ah, ah, ah, so much so much
I’m shy so please don’t laugh, it’s the truth so please don’t tease me
Again it’s only foolish words

Jeone aldeon naega anya brand new sound
saerowojin nawa hamkke one more round
dance dance dance ‘Till we run this town.
oppaoppa Ill be Ill be down down down
It’s not the me you knew before, brand new sound
Together with this new me, one more round
Dance, dance, dance, you’ll be wrong this time
Oppa oppa, I’ll be, I’ll be down, down, down, down

oppa jamkkanman jamkkanman deureobwa
(sujupdan yaegineun malgo)
dongsaengeuroman saenggakhajin mara
(1nyeon dwien huhoehal geol)
Oppa, for a moment, for a moment, listen to me
Don’t say the things you kept saying
Don’t just think of me as a little sister
Once a year passes, I think you’d regret it

mollamolla naemameul jeonhyeomolla
nunchieopsi jangnanman chineungeoryo
eotteoke hana i cheoreopneun sarama
(deureobwa jeongmal)
You don’t know, don’t know, you have no clue of my heart
Tactlessly, you’re only joking around
What am I to do, you thoughtless person
Listen to me, just for a bit

Oh Oh Oh oppareul saranghae
Ah Ah Ah a mani manihae
sujubeuni jebal utjimayo
jinsimini nollijido marayo
tto geureomyeon na uljido molla –
Oh, oh, oh, oh, ppa I love you
Ah, ah, ah, ah, so much so much
I’m shy so please don’t laugh, it’s the truth so please don’t tease me
If you do that again I just might cry

(oh-oh-oh)

Jeone aldeon naega anya brand you style
mwonga dareun oneulmaneun tteugeoun nal
down down ireojima hwaman na
oppa oppa idaeroneun no no no no
It’s not the me you knew before, brand new sound
Only on this somehow different day, it’s a heated heart
Down down, don’t be like this I’ll get mad
Oppa oppa, don’t be this way no, no, no, no

tell me boy boy love it (it it it it ah -)
Oh Oh Oh o ppareul saranghae
Ah Ah Ah a mani manihae
Oh Oh Oh Oh Oh Oh Oh o ppareul saranghae
Ah Ah Ah Ah Ah Ah Ah a mani manihae tto babogateun malppunya –
Tell me boy, boy, love it, it, it, it, it, it, it, ah
Oh, oh, oh, oh, ppa I love you
Ah, ah, ah, ah, so much so much
Oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, ppa I love you
Ah, ah, ah, ah, ah, ah, ah, ah, so much so much
Again it’s only foolish words

Oh Oh Oh Oh

Ah Ah Ah Ah
Oh Oh Oh Oh Oh Oh Oh o ppareul saranghae
Ah Ah Ah Ah Ah Ah Ah a mani manihae
Oh Oh Oh Oh Oh Oh Oh o ppareul saranghae
Ah Ah Ah Ah Ah Ah Ah a mani mani
Oh, oh, oh, oh,
Ah, ah, ah, ah
Oh, oh, oh, oh, ppa I love you
Ah, ah, ah, ah, so much so much
Oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, oh, ppa I love you
Ah, ah, ah, ah, ah, ah, ah, ah, so much so much, oh

credit to Tetsuya@mysone,SONEms
Credits: hangul lyrics: MNET
romanji: justhyuu@flowinglyrics
English:iridescent @ Soompi!

0 komentar

Pengalaman Belajar Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia merupakan salah satu identitas bangsa Indonesia dan menjadi alat pemersatu bangsa. Oleh karena itu, bahasa Indonesia menjadi salah satu objek yang harus dilestarikan dan dijaga oleh bangsa Indonesia. Hal ini tercermin dalam pendidikan, yaitu menjadikan bahasa Indonesia sebagai salah satu objek dalam kegiatan belajar mengajar. Tepatnya menjadi sebuah mata pelajaran, yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia. Istimewannya, setiap jenjang pendidikan formal di Indonesia seperti TK, SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi membelajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia ini. Sehingga, semua pelajar pasti pernah belajar Bahasa Indonesia.
Begitu pula halnya dengan seorang anak bangsa yang bernama Sri Mulyani. Sejak mengenal bangku sekolah yang dimulai sejak TK atau Taman Kanak-kanak sudah mengenal pula apa yang namanya Bahasa Indonesia melalui mambaca dan menulis. Baginya yang dalam kesehariannya lebih sering menggunakan bahasa ibu alias bahasa daerahnya yaitu bahasa Sunda, sangat menarik bisa belajar bahasa Indonesia. Terutama membaca. Ya, dia sangat senang belajar membaca. Terbukti dengan dia sangat cepat fasih membaca dibanding dengan teman-teman sekelasnya. Namun, dia sangat tidak suka menulis, sulit sekali baginya. Tulisan tangannya selalu tidak lebih baik dari teman-temannya.
Kesenangannya membaca selalu ia perlihatkan dimana saja. Bahkan saat melakukan perjalanan ke luar kota dengan kendaraan umum. Celotehannya membacakan spanduk-spanduk, baliho, papan nama, bahakan papan penunjuk jalan selalu mengiri perjalanannya. Ibunya bahkan pernah menegur anak bungsunya itu, “Cerewet sekali anak ini.” Namun, mendapat komentar begitupun tak menyurutkan kebiasaan membaca sepanjang perjalanan.
Menginjak usia Sekolah Dasar, pelajaran Bahasa Indonesia yang ia terima semakin bertambah. Tidak hanya membaca dan menulis satu atau dua kata. Tetapi juga mulai membaca cerita pendek, menulis kalimat, cerita, deklamasi puisi, bahkan mendongeng. Namun baginya, tetap saja membaca adalah bagian dari plajaran yang sangat meyenangkan. Menulis masih menjadi ‘musuh besar’ baginya. Nilai menulisnya selalu saja tidak lebih dari 7,5. Dan tulisan-tulisannya selau dihiasi komentar “Tingkatkan kerapihan” dari gurunya. Betapa mneyebalkan baginya. Apalagi saat melihat teman sebangkunya memiliki tulisan yang rapid an bagus.
Menginjak kelas tinggi, kecintaannya terhadap membaca semakin menjadi. Apalagi di kelasnya mulai ada perpustakaan. Setiap hari ada saja buku yang dia bawa pulag untuk dibaca. Dan ia mulai termotivasi untuk menulis. Walaupun tanpa diiringi dengan peningkatan kualitas tulisan tangannya, ia mulai suka menulis cerita, puisi, dan diari.
Saat kelas VI, kelasnya kedatangan seorang murid baru, perempuan. Dan anak itu sangat pandai berdeklamasi puisi. Sri mulai senang mendengarkan deklamasi puisi. Selalu terkagum-kagum ia saat temannya mendeklamasikan puisi. Sri mulai senang mendengarkan deklamasi puisi. Namun, sama sekali dia tidak berminat untuk bisa membca puisi. Rasa malu dan rasa tidak percaya diri membuatnya selalu enggan tampil ke depan kelas dan berdeklamasi.
Memasuki usia SMP, ia kembali bertemu dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Namun kali ini dengan wajah yang berbeda. Jika di SD dulu belajar Bahasa Indonesia oleh guru kelasnya, sekarang oleh guru bidang studi, yang tentunya mereka memiliki spesifikasi tersendiri di bidang mata pelajaran Bahas Indonesia. Di SMP, Sri banyak bertemu dengan guru-guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang membuatnya semain menyukai pelajaran tersebut.  Betul ternyata apa kata orang-orang bahwa yang pertama disukai adalah gurunya, baru mata pelajarannya.
Di usia SMP, Sri masih tetap mencintai membaca. Dia selalu menjadi langganan perpustakaan. Karena kebetulan kelasnya saat kelas VII ekat dengan ruang perpustakaan. Namun, kecintaannya terhadap menulispun semakin meningkat. Hal ini berawal dari saat ia kelas VIII.
Ketertarikan terhadap lawan jenis merupakan hal yang wajar terjadi di usia pubertas atau masa remaja. Begitu pula dengan yang dialami oleh si bungsu yang satu ini. Dia menyukai seorang kakak kelasnya, dan begitu pula sebaliknya, sang kakak kelaspun menyukainya. Namun, karena mereka masih sama-sama malu, komunikasi yang terjalin adalah melalui surat. Sri selalu rajin menulis surat untuk sang kakak kelas. Dalam suratnya, ia selalu menceritakan banyak hal. Awalnya ia sangat malu karena jeleknya tulisan tangannya. Bahkan sang kakak kelas lebih bagus tulisannya. Namun, sang kakak kelas malah memuji dan sangat menyukai isi dari surat-suratnya. Alhasil itu menjadi motivasi tersendiri baginya. Iapun semakin suka menulis dan ia selalu berusaha meningkatkan kualitas tampilan tulisan tangannya.
Hal ini berlanjut. Tidak hanya rajin menulis surat untuk sang kakak kelas, tetapi iapun mulai suka menulis cerpen, puisi, bahkan artikel pendek. Satu momen yang selalu menjadi motivasi baginya adalah ketika ia membuat tulisam bertema ibu, kemudian tanpa sengaja tulisan itu dibaca oleh guru Bahasa Indonesianya yang bernama ibu Eti Rochayati atau yang biasa disapa ibu Eet. Gurunya sampai terharu dan berkata:
“Bagus. Ayo lebih rajin lagi menulis. Semakin banyak menulis, semakin banyak pula kemampuan menulismu”.
Dari sanalah titik balik kecintaannya terhadap menulis. Diari-diari semakin banyak yang dia isi, cerpen-cerpennya pun semakin banyak. Dan dia mulai beranai menunjukkan karya-karyanya pada teman-temannya. Ada sebuah cerpen yang menjadi “Best Reading” dan banyak dibaca oleh teman-temannya. Namun, cerpen itu menghilang entah kemana. Selain cerpen, iapun mulai suka menulis naskah drama musikal dan dipentaskan dalam acara perpisahan dalam acara pameran di sekolahnya. Naskah drama pertamanya itu berjudul “IJOLUMUT”.
Selain menulis, iapun mulai berani berbicara di depan kelas. Awalnya hanya mambacakan synopsis buku, lama-lama meningkat menjadi membaca dongeng, menjelaskan prosedur pembuatan suatu barang, hingga berpidato. Bahkan ia diberikan keprcayaan untuk menjadi perwakilan teman-temannya berpidato saat acara perpisahan. Kemampuan dan kemauannya berbicara di depn umum ini selain dilatih oleh guru Bahasa Indonesianya, juaga ia dapat dari pengalamannya berorganisasi di OSIS, Pramuka dan Paskibra di sekolahnya.
Baginya, belajar Bahasa Indonesia di SMP sangnatlah menyenangkan. Terutama saat kelas IX. Guru bahasa Indonesianya, ibu Eti Rochayati adalah sosok guru yang sangat lembut, baik dan kreatif. Belajar Bahasa Indonesia itu jadi tidak melulu membaca teks, menjawab pertanyaan, merangkum, membuat synopsis, membuat puisi, tetapi juga mengajarkan untuk berani tampil, berlomba menjadi kreatif dan yang terpenting adalah motivasi untuk belajar Bahasa Indonesia dengan baik. Beliau membuat pelajaran Bahasa Indonesia yang tadinya menyebalkan bagi Sri menjadi mata pelajaran yang sangat dia nantikan dan rindukan. Itu pula yang menjadi salah satu motivasi Sri untuk menjadi seorang guru seperti guru Bahasa Indonesia-nya itu.
Memasuki SMA, Sri masih tetap dengan kecintaannya pada membaca dan menulis. Ia tetap menjadi langganan perpustakaan dan tetap menulis. Di SMA pula beberapa naskah dramanya dipentaskan. Salah satunya yang berjudul “Kabayan vs Cinderella”. Selain itu, di SMA dia mulai mengenal dunia baru dalam bahasa dan sastra Indonesia, yaitu dunia jurnalistik. Bermula saat Sri dan dua orang temannya dari pengurus OSIS diamanahi untuk mengikuti pelatihan jurnalistik. Dari sanalah ia mulai sering mencoba mennulis artikel, berita dan sebagainya.
Oh iya. Ada satu pengalaman yang tidak bisa Sri lupakan mengenai menulis saat SMA. Ia pernah mengikuti lomba menulis artikel antar kelas di SMA-nya. Dan pada saat pelaksanaan lomba ia malah ditegur oleh juri yang merupakan guru Bahasa Indonesia-nya. Alasannya adalah karena apa yang ia tulis bukanlah merupakan artikel melainkan esai. Alhasil ia didiskualifikasi.
Semasa SMA, kenangan belajar Bahasa Indonesia terburuk adalah saat melihat nilai ujian nasional. Bahasa Indonesia mendapat nilai yang sangat rendah. Tidak lebih dari angka 8. Dan hampir semua teman satu angkatannya pun demikian. Hal ini sangat mengecewakan bagi Sri, teman-temannya, dan juga guru-gurunya. Mereka sudah berusaha dengan maksimal. Namun, ternyata tetap saja manusia yang berusaha, tapi Tuhan yang berhak menentukan hasilnya.
Belajarnya Sri tentang Bahasa Indonesia tidak berhenti sampai SMA. Tapi saat ia masuk perguruan tinggi pun ia masih bertemu dengan pelajaran bahasa Indonesia. Walaupun kini dengan nama yang berbeda, bukan mata pelajaran lagi, tapi mata kuliah. Dan jika dulu  saat TK, SD, SMP, dan SMA Sri bealajar Bahasa Indonesia hanya untuk dirinya sendiri, tapi karena Sri kenetulan kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia dan mengambil konsentrasi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, maka ia belajar Bahasa Indonesia selain untuk menambah pengetahuannya, tapi juga untuk menambah pengetahuan siswa-siswanya kelak. Ya. Artinya ia belajar untuk mengajarkan.
Harapannya, semoga dengan semua pengalaman-pengalaman sri sebagai pemelajar Bahasa Indonesia sewaktu sekolah dulu, bisa ia integrasikan dengan teori-teori yang ia dapat dari bangku kuliah. Sehingga ia menjadi guru yang bisa menjalankan tugasnya dengan baik sekaligus bisa mnjaga dan melestarikan Bahasa Indonesia.
Jumat, 06 Januari 2012 0 komentar

Catatan Tentang Perkembangbiakan Vegetatif pada Tumbuhan

Kelompok 6 :
1.      Dyah Ayu Paramitha  (0903590)
2.      Fika Syahsiah Hasan   (0903614)
3.      Sri Mulyani                 (0903676)
4.      Yuni Andriani             (0903649)
5.      Yuni Pandini               (0903644)

Flora atau tumbuhan sama halnya dengan binatang dan manusia, sama-sama melakukan kegiatan berkembang biak dengan tujuan untuk menghindari kepunahan pada spesies atau rasnya. Kegiatan berkembangbiak atau beranak ini pada tumbuhan dapat dilakukan secara tidak kawin atau tanpa melalui perkawinan antara sel kelamin jantan dan betina.
Perkembangan vegetatif adalah cara reproduksi mahluk hidup secara aseksul (tanpa adanya peleburan sel kelamin jantan dan betina). Reproduksi vegeatif bisa terjadi secara alami maupun buatan.
Vegetatif alami adalah reproduksi aseksual yang terjadi tanpa campur tangan pihak lain seperti manusia. Vegetatif alami pada tumbuhan contohnya :
a.       Umbi batang : batang yang beralih fungsi sebagai tempat penimbunan makanan dengan calon tunas-tunas kecil yang berada disekitarnya yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Contohnya bangkuang, kentang.
b.      Umbi lapis : tumbuhnya tunas pada sela-sela lapisan umbi. Contohnya bawang merah, bawang putih, bawang Bombay.
c.       Umbi akar : wortel, singkog, lobak.
d.      Geragih atau stolon : batang yang menjalar ecara terus- menerus dimana pada ruas batang dapat muncul tunas-tunas bau. Contohnya rumput teki, stroberi.
e.       Rizoma / akar tunggal : tunas yang muncul pada batang tumbuhan yang tumbuh secara mendatar di tanah. Contohnya lengkuas, jahe, kunyit.
f.       Tunas : Tumbuhan anakan yang muncul di samping tumbuhan induknya. Contohnya pisang, bamboo, tebu.
g.      Tunas adventif : Tunas yang tumbuh pada bagian-bagian tertentu seperti pada akar, daun. Contohnya cocor bebek, cemara, kesemek.
h.      Spora : Cara tumbuhan paku, lumut, dan jamur berkembangbiak dengan membentuk spora empat tunas baru akan muncul.
i.        Hormegenium : Tumbuhnya individu baru yang dihasilkan dari pemutusan benang yang ada. Contohnya ganggang.
j.        Pembelahan sel : Perkembangbiakan pada tumbuhan bersel satu.

Vegetatif buatan adalah teknik untuk menghasilan individu baru tanpa melalui perlawinan. Perkembangan vegetative buatan menghasilkan keturunan yang disebut klon.
Teknik–teknik perkembangan vegetative pada tumbuhan :
1.      Penyetekan, dilakukan dengan cara menanam bagian tertentu tumbuhan tanpa menunggu tumbuhnya akar baru terlebih dahulu. Terdiri dari stek batang dan stek daun.
2.      Merunduk, adalah teknik berkembangbiak tumbuhan dengan cara menundukan batang tanaman ke tanah dengan harapan akan tumbuh akar, setelah akar timbul, maka batang sudah bisa dipotong dan dibawa ke tempat lain.
3.      Mencangkok, adalah membuat cabang batang tanaman menjadi berakar. Tujuannya untuk memperoleh tumbuhan baru yang cepat berbuah dan sifatnya sama dengan sifat induk.
4.      Menyambung atau mengenten, adalah perkembangbiakan buatan yang biasanya dilakukan pada tumbuhan sejenis buah-buahan atau ketela pohon demi mendapatkan kualitas yang baik.  
 
;