Jumat, 02 Oktober 2015

Noona Neomu Yepposeo

“Oppa……..”
Lagi-lagi suara cempreng itu terdengar persis saat pintu masuk berderit terbuka.
“Sudah kubilang jangan panggil aku Oppa, anak kecil!” seruku sambil meletakkan buku yang tengah kubaca.
“Mau pesan apa?”tanyaku sebelum suara cemprengnya terdengar lagi..
“Spaghetti bolognise dan jus mangga.” jawabnya dengan enteng
“Ordered!” kataku sambil berlalu menuju dapur.
“Gomoyo oppa!” terdengar suara cempreng itu meneriakkan kata-kata yang tidak aku mengerti.
Dasar anak aneh. Namanya Nurul. Kelas XI SMA. Karena sekolah dan rumahnya berdekatan dengan toko tempatku bekerja, dia hampir setiap hari mampir ke toko ini. Sekedar membeli makanan dan berkumpul dengan teman-temanya, atau hanya memesan segelas jus alpukat sendirian sambil ditemani laptop putihnya, menonton drama korea katanya.
Akibat dia terlalu sering nonton drama korea itulah dia sering mengeluarkan kata-kata bahasa Korea yang tidak aku mengerti. Salah satunya yang menggangguku adalah dia kerap memanggilku ‘Oppa’. Heyy. Aku baru 25 tahun.
“Oppa itu artinya kakak laki-laki. Sama halnya seperti panggilan Abang, akang atau Aa.” Katanya ketika aku memprotes panggilannya.
“Tapi, tetap saja Nur. Itu membuat abang berasa dipanggil Kakek. Berasa udah tua!” bantahku.
“Ahhh.. Andri oppa kuper. Masa yang begitu saja tidak tahu. Gak gaul ahh!” katanya sambil memanyunkan bibir dan mengalihkan pandangannya pada laptopnya yang sedang dipenuhi adegan-adegan drama Korea, ngambek. Kalo sudah begini aku memilih meninggalkannya.
Dan kali ini, ketika aku hendak mengantarkan pesanannya, dia tampak tengah menangis sambil memandangi laptop putihnya. Ahh lagi-lagi menangis karena menonton film. Dasar perempuan!
“sudah nangisnya. Makan dulu!!”Kataku sambil meletakkan sepiring spaghetti dan jus alpukat pesanannya.
“Oppa….” Katanya tepat saat aku hendak melangkahkan kakiku meninggalkannya.
“sudah kubilang jangan panggil aku OPPA.” Kataku sambil berbalik ke arahnya.
“Tokomu sedang sepi kan? Bisakah oppa menemaniku duduk disini? Aku sedang butuh teman, oppa.” Katanya sambil menunduk.
“kenapa kau datang sendirian kalau kau sedang butuh teman? Kemana teman-temanmu yang selalu bikin rusuh tokoku?” kataku cuek. Namun, jujur dalam hati aku merasakan ha yang ganjil dari Nurul. Karena seringnya dia datang ke tokoku, sedikit-sedikit aku mulai mengenalnya. Menganggap dia adikku sendiri.
“Bukan teman-teman seperti mereka. Mereka hanya teman bercanda. Aku sedang ingin berbicara serius. Mungkin dengan oppa bisa” katanya, dan manik mata kami bertemu. Kalo sudah begitu, aku tak akan bisa menolak apapun permintaannya.
Kuseret kursi yang dekat dengan kakiku. Kutempatkan tepat diseberang mejanya.
“Oke ceritakan apa yang ingin kau ceritakan. Dengan syarat jangan panggil Oppa selama kau bercerita!” ancamku, galak.
“Tapi opp….” Belum selesai dia berkata aku memotongnya dengan isyarat tangan hendak pergi.
“Okeeee abang!” katanya sambil memelas. Nampaknya dia memang sedang sangat butuh teman bercerita.
“Apakah kau pernah jatuh cinta bang?” tanyanya.
Aku mengerutkan dahiku. Cinta? Kenapa anak ini tiba-tiba berbicara tentang cinta?


 ------ TO BE CONTINUED --------

0 komentar:

Posting Komentar

 
;